Sabtu, 28 April 2012

Langkah-langkah Dasar Analisis Model DPBW

a.    Analysis Stage
Tahap analisis merupakan langkah awal dalam DPWB yang berisikan 2 phase yaitu : analisis masalah dan analisis komponen pembelajaran. Dokumentasi dari proses DPBW dimulai dalam tahapan ini. Dokumentasi dari proses DPBW dimulai dalam tahapan ini. Penulisan dokumen ini merupakan bagian dari laporan yang lebih besar,umumnya diketahui sebagai Design Document (DD). Perancang menggunakan DD untuk menguraikan prosedur yang digunakan, keputusan yang dibuat, dan laporan yang dihasilkan. Termasuk rasionalitas dan justifikasi dalam DD kenapa keputusan itu dibuat dan siapa yang melakukannya.
1)   Problem Analysis
Tujuan dari phase ini adalah untuk menginvestigasi permasalahan yang muncul dan mengidentifikasi solusi yang dianggap paling tepat. Ada beberapa langkah yang terkait dalam kajian ini yaitu adanya jurang antara unjuk kerja yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Perbedaan itu  terjadi karena kurangnya keterampilan, pengetahuan dan motivasi dalam membuat DPWB.
Horton (2000) menyatakan bahwa jika pembelajaran dianggap sebagai solusi yang paling tepat maka desainer juga harus menentukan system penyampaian pesan yang paling tepat. Salah satu factor berpengaruh yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan kelayakan PBW adalah alat evaluasi dan dukungan yang tersedia di institusi di mana PBW akan dilaksanakan. PWB diciptakan dan dikembangkan dengan merancang halaman web. Menyediakan dan menggunakan alat serta system manajemen yang memiliki fasilitas khusus untuk merancang pembelajaran  secara online. Desainer harus memiliki akses terhadap semua komponen pendukung baik perangkat keras maupun perangkat lunak.
2)   Instructional Component Analysis
Phase kedua dari analysis yang diperlukan desainer  untuk menganalisis empat komponen dari situasi pembelajaran. Empat komponen itu adalah (1) goals, (2) context, (3) learners, dan (4) instructional content. (Davidson, 1990; Davidson-shiver 1998). Pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai kerangka analisis ini.
Ø  Apa tujuan PBW ?
Ø  Apa konteks PBW ?
Ø  Siapa peserta didiknya ?
Ø  Apa konten  pembelajarannya?
3)   Instructional Goal Analysis
Phase kedua dimulai dengan mengidentifikasikan tujuan pembelajaran. Pernyataan umum yang menyatakan apa yang didapatkan peserta didik setelah tujuan pembelajaran PBW lengkap. Level hasil belajar yang akan dicapai dinyatakan dalam phase ini. Dalam DPBW, pernyataan tentang kejelasan tujuan pembelajaran dalam bentuk level capaian yang diharapkan sangat penting, sebab system evaluasi dan criteria penilaian harus dapat dipahami peserta didik. Peserta didik dapat melihat langsung secara nyata apa tujuan yang ingin dicapai dalam setiap level pembelajaran.
4)   Instructional Context Analysis
ICA (Instructional Context Analysis) merupakan analisis situasi lingkungan yang terjadi pada waktu yang akan datang dalam model DPWB. Antara lain adalah menguraikan lingkungan di mana DPBW dirancang dan diajarkan. Selanjutnya, mengkaji infrastruktur secara organisasional, kompetensi yang dimiliki personal, akses peserta didik terhadap teknologi, dan daya dukung fasilitas yang tersedia.
Lingkungan merupakan komponen penting dalam merancang PBW. Misalnya, DPBW untuk SMP, SMA/SMK atau PT memiliki karakteristik berbeda. Desainer harus betul-betul memahami kondisi lingkungan agar menyesuaikan konten yang disediakan dalam  DPBW.
Infrastruktur harus menjadi pertimbangan karena tanpa dukungan infrastruktur yang baik  DPBW tidak mungkin dapat berjalan optimal. Sumber daya pendukung seperti teknisi atau laboran  dipastikan tersedia secara lengkap.
5)   Linear’s Analysis
     Tujuan dari LA (learner’s analysis) menurut Davidson (1999) adalah untuk mengidentifiksikan minat  peserta didik, kebutuhan, kemampuan dan juga pengetahuan awal, keterampilan, dan pengalaman. Misalnya, menentukan minat, bakat dan  keterampilan kelompok belajar adalah kebutuhan untuk  menciptakan contoh- contoh yang tepat  dalam pembelajaran dan latihan-latihan praktik yang relevan.
     DPBW dilaksanakan secara individu yang mengharapkan adanya motivasi tinggi dari peserta didik untuk belajar mandiri. Oleh karena itu, desainnya harus dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran yang sesuai dengan minat bakat dan keterampilan peserta didik.
6)   Instructional Content  Analysis
Para desainer menentukan struktur dan urutan dari langkah utama dan keterempilan tambahan  yang akan dipresentasikan dalam DPBW. Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui di mana DPBW harus dimulai dan keterampilan awal apa yang diperlukan oleh seseorang peserta didik untuk berpartisipasi secara baik. Sesuai dengan teori yang melandasi DPBW bahwa belajar dengan konsep pendekatan belajar mandiri harusnya mengikuti langkah-langkah pembelajaran secara bertahap. Tahapan materi ini memungkinkan peserta didik dapat mengikuti dan menguasai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks.
b.    Evaluation Planning Stage
EPS (Evaluation Planning Stage) mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
1)      Siapa stakeholder-nya ?
2)      Apa yang dievaluasinya ?
3)      Siapa evaluator dan reviewer-nya?
4)      Bagaimana metode evaluasinya ?
5)      Kapan dan bagaimana evaluasi itu diambil ?
6)      Apa jenis keputusan yang perlu dibuat dan rencana desain PBW dan bagaimana mengembangkannya.
Bagian akhir  dari rencana evaluasi formatif adalah ujicoba dengan pengguna akhir. Lalu point lainnya adalah mencoba membuat perbandingan antara model DPBW jika dibandingkan model di tradisional. Implemementasi awal digunakan untuk uji lapangan dari protipe.
Bagian kedua dari langkah rencana evaluasi adalah mengembangkan rencana awal untuk evaluasi sumatif. Hal ini penting dalam model DPBW. Sering terjadi di mana data tentang produk pembelajaran dan praktik tidak terkumpul sebelum sebuah inovasi baru diperkenalkan dan kemudian di evaluasi yang bernilai menjadi hilang. Tujuan dari rencana preliminary evaluasi sumatif meyakinkan bahwa terjaminnya  kebutuhan pengumpulan data yang terjadi pada desain sebelumnya  dan dapat dijadikan dasar perencanaan pembelajaran baru.
c.    Concurrent Design Stage
Berdasarkan temuan pada tahapan analisis dan rencana evaluasi (Rasmussen & Shivers : 2003), maka tahapan berikutnya adalah proses desain, pengembangan, implementasi awal dan evaluasi.
1)   Preplanning Activities
Tahapan desain yang disetujui secara actual dimulai dengan kegiatan preplanning, diutamakan untuk memulai proses perancangan yang terkait dengan rancangan biaya dan alokasi sumber daya. Desainer pembelajaran atau manajer proyek dapat mengidentifikasi  tugas-tugas utama dan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan DPBW.
2)   Design Processes
Proses desain mencakup tujuan khusus dan bentuk asesmen (Gagne, dkk :1992) yang diperlihatkan dalam bentuk TOAB (Task-Objective-Assesment Item Blueprint). TOAB  berisikan identifikasi tugas pembelajaran (konten) tujuan DPBW, dan contoh item dari asesmen serta memberikan penjelasan tentang cara menyelesaikan tugas tersebut. Strategi pembelajaran dan motivasi perlu juga direncanakan dan dokumentasikan dalam lembar kerja strategi DPBW. Lembar kerja ini  menjadi blueprint kedua dari produk DPBW.
3)   Development Processes
Strategi pengembangan dalam bentuk pengulangan desain DPBW tidak perlu menunggu desain selesai secara lengkap. Setelah satu seksi desain dapat diselesaikan, selanjutnya dilakukan pengembangan dalam bentuk penyempurnaan secara simultan. Langkah-langkah seperti ini selalu dilakukan dalam pengembangan DPWB yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan masukan (Feedback) yang diperoleh selama proses desain. Proses desain simultan ini dapat membantu desainer merencanakan dan menciptakan unit-unit pembelajaran baik yang sederhana maupun yang kompleks.
d.    Implementation Stage
Tahapan implementasi terjadi apabila PBW sudah siap digunakan oleh peserta didik. Tahapan implementasi ini dapat dilakukan dalam dua tahapan lagi yaitu implementasi awal dan implementasi penuh.
1)   Initial Implementation
Implementasi awal ini merupakan bagian dari desain secara simultan. Hal ini juga bagian dari evaluasi formatif yang memungkinkan desainer mendapat hasil uji lapangan yang benar-benar actual dengan audiens yang nyata. Selain itu juga pada tahap ini dapat dilihat perbedaan antara model DPBW dengan model desain pembelajaran lainnya.
2)   Full Implementation
Dalam implementasi penuh ditekankan pada hubungan antar berbagai komponen atau aspek seperti sumber daya manusia dan manajemen. Implementasi penuh terjadi bila semua revisi utama telah dilengkapi dan PBW telah dapat didesiminasikan pada audiens yang lebih besar (Gagne, dkk: 1992). Dalam implementasi penuh hanya ada dua aspek yang paling penting yaitu sumber daya manusia dan manajemen.
Sumber daya manusia merupakan kelengkapan penting untuk membangun komunitas belajar yang dilaksanakan oleh tim implementasi. Tim ini mencakup instruktur, peserta didik, dukungan teknisi, dan administrasi serta mentor.
Manajemen diperlukan untuk memelihara PBW tetap berjalan sepanjang waktu tanpa hambatan. Dukungan manajemen diperlukan untuk meng-apdate websaite secara rutin, menyiapkan link aktif, meng-upgrade software dan berbagai utilitas lainnya.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi sumatif dirancang secara silkus selama proses perancangan, kemudian PBW diimplementasikan dalam waktu tertentu. Tujuan evaluasi sumatif adalah apakah PBW masih dibutuhkan atau masih efektif. Prosedur evaluasi formatif didasarkan pada rencana awal yang diusulkan oleh desainer selama masa perencanaan. Dalam PBW evaluasi formatif menjadi sebuah bentuk penelitian yang diawali dengan riset, laporan tentang proses, hasil dan rekomendasi yang dipersiapkan bagi stakeholder untuk membantunya membuat keputusan tentang masa depan penggunaan PBW.
Model DPBW merupakan sebuah pendekatan terpadu yang menekankan bahwa desain PBW, pengembangan dan implementasi sesuai dengan tujuan pembelajaran dan juga dibutuhkan oleh peserta didik dan sekolah. Oleh karena itu, merencanakan PBW adalah sebuah desain yang kompleks dan memadukan antara desain pembelajaran yang umum berlaku dan menggunakan Web sebagai media penting untuk menyampaikan pesan.
E. KONSEP BELAJAR JARAK JAUH
            Konsep yang melandasi DPBW adalah pendidikan jarak jauh (Distance Learning). Artinya pendekatan yang digunakan dalam mendisain PBW didasarkan pada konsep pendidikan jarak jauh. Implikasinya terhadap DPBW adalah bahwa DPBW dirancang dengan menerapkan kaidah-kaidah pembelajaran jarak jauh.
Schlosser dan Anderson (1994) menyatakan mendefinisikan kembali peran pendidikan jarak jauh dalam kaitannya dengan penerapan teknologi, masalah desain, metode dan strategi untuk meningkatkan interaktivitas dan belajar aktif, karakteristik peserta didik, dukungan peserta didik, masalah operasional, kebijakan dan isu-isu pengelolaan, pemerataan dan aksesibilitas, dan biaya /manfaat merupakan sesuatu yang penting untuk dilakukan.
Definisi ulang diperlukan untuk membuat pembelajaran jarak jauh dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam teknologi dan informasi. Ini termasuk mendefinisikan kembali peran kunci peserta didik, seleksi dan penerapan teknologi, masalah desain, strategi untuk meningkatkan interaktivitas da aktivitas belajar , karakteristik pelajar, pelajar dukungan, masalah operasional, kebijakan dan isu-isu pengelolaan, pemerataan dan aksesibilitas.
Membahas metode-metode dan strategi untuk merancang dan memberikan pembelajaran jarak jauh dibutuhkan untuk menggambarkan karakteristik peserta didik, cara mereka belajar, factor- factor yang mempengaruhi keberhasilan, dan system dukungan yang tersedia. Selain itu juga perlu diketahui tentang masalah operasional, termasuk adopsi teknologi dan mendefinisikan peran berbagai komponen termasuk personalia pendukung.
Rasmussen & Shivers (2003) menjelaskan perbedaan antara Distance Learning dan bukan Distance Learning dengan gambaran sebagai berikut :


Lokasi


Sama
Berbeda
Waktu
Sama
Bukan Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan Jarak Jauh
Berbeda
Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Jarak Jauh
Gambar 37. Perbedaan Waktu dan Lokasi dalam BJJ
            Ada dua fungsi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyatakan perbedaan pendidikan jarak jauh atau bukan yaitu waktu dan lokasi antara pendidik dan peserta didik atau antara sender dan receiver pesan.
            Pertama, apabila pembelajaran terjadi dalam waktu dan lokasi yang sama, maka itu bukan pembelajaran jarak jauh. Kedua, jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam waktu yang sama tetapi pada lokasi yang berbeda, maka ia termasuk kelompok pembelajaran jarak jauh.
            Ketiga, jika pembelajaran dilaksanakan dalam waktu yang berbeda dan lokasi yang sama, maka pembelajarannya dikategorikan pada pembelajaran jarak jauh.
            Keempat, apabila pembelajaran dilaksanakan pada waktu dan lokasi yang berbeda, maka dikelompokkan pada pembelajaran jarak jauh.
            Berdasarkan uraian di atas, jika waktu dan lokasi dijadikan sebagai dasar pertimbangan, maka hanya satu yang bukan pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran yang dilaksanakan pada waktu dan tempat yang sama. Oleh karena itu, pengertian pembelajaran jarak jauh juga harus memenuhi ketiga variasi fungsi dari waktu dan lokasi pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar